4/07/2010

Moulting (Pergantian Kulit)



Setiap mahluk hidup pasti tumbuh. Proses itu menghasilkan perubahan tubuh, yaitu bertambah besar dan bertambah berat. Bersamaan itu pula terjadinya perubahan struktur tubuh, terutama tubuh bagian luar. Ini terjadi pula pada lobster air tawar. Namun tubuh lobster tak berkulit melainkan terbungkus oleh cangkang tua yang keras, bila sudah lama.

Pada saat tubuh bertambah besar maka cangkang sudah tak cukup lagi untuk menutup bagian tubuh itu, sehingga cangkang itu harus dibuang, terkelupas dengan sendirinya, kemudian berganti dengan cangkang yang baru yang lebih muda, dan elastis. Ini hanya terjadi pada keluarga udang, dan proses ini disebut dengan istilah moulting.
dalam siklus hidup lobster, pertumbuhan hanya terjadi di bagian tubuh saja, tidak terjadi dengan cangkangnya. Cangkang tidak akan muat ketika tubuh lobster semakin bertambah besar. Oleh sebab itu, lobster perlu membuang cangkangnya dan mengganti dengan cangkang yang baru. Karena pertumbuhan terus terjadi, maka moulting pun akan terus terjadi.

Selama hidupnya, lobster mengalami moulting hingga puluhan kali. Moulting mulai terjadi pada umur 2 -3 minggu. Frekwensi tertinggi terjadi sebelum loster dewasa, berumur 6 – 7 bulan, dibanding dengan lobster yang sudah dewasa. Lobster dewasa terutama induk jantan maupun betina akan moulting lagi setelah 2 – 3 kali melakukan perkawinan.

Dua hingga tiga jam sebelum moulting, lobster nampak gelisah, dan tidak mau makan. Keadaan ini menyebabkan kondisi tubuhnya menjadi lemah. Pada saat ini diperkirakan lobster mengeluarkan aroma yang merangsang lobster lain untuk makan. Karena salah satu sifat jelek dari hewan ini adalah kanibalisme.
Dalam www.O.fish.com (2005) dinyatakan bahwa pergantian kulit pada lobster merupakan saat yang rawan. Tanda-tanda yang terlihat adaloah lobster cenderung tidak aktif dan berdiam di tempat persembunyiannya. Selain itu pergerakannya lamban dan kulitnya nampak keruh. Setelah proses moulting terjadi, kulit lobster akan lembut. Untuk memulihkan kembali seperti keadaan semula perlu waktu 24 jam.
Selanjutnya dalam situs itu menerangkan tentang proses terjadinya moulting. Ada empat tahapan dalam moulting : A. Proecdysis. Merupakan tahap persiapan moulting. Kalsium diserap dari kerangka lama dan disimpan dalam gastrolith diikuti dengan pembentukan kulit baru. B. Ecdysis. Merupakan tahap pelepasan diri dari kerangka lama. Pada saat baru keluar, kutiler lobster dalam keadaan masih lembut. Pada fase ini terjadi penyerapan air secara cepat oleh tubuh lobster. C. Mecedysis, merupakan tahap pemindahan mineral kalsium dari gastrolith ke kutikel baru sebagai bahan krangka luar. Lobster sudah akan mulai makan. Pembentukan jaringan disertai dengan peningkatan sintesis protein dan DNA. Jaringan sudah mulai mengganti air yang diserap pada fase sebelumnya. D. Intermolt, merupakan fase antar moulting. Kerangka dan pertumbuhan jaringan akan selesai serta mulai mengubah metabolisme untuk pemenuhan cadangan energi yang disimpan dalam hepatopancreas yang akan digunakan untuk proses moulting berikutnya.

moulting berfungsi untuk merangsang dan mempercepat pertumbuhan. Selain itu moulting juga berperan dalam proses pematangan gonad, sehingga betina dapat memproduksi telur dan jantan dapat meproduksi sperma. Selanjutnya, keduanya menyatakan bahwa moulting juga berperan dalam menumbuhkan kembali organ yang cacat.

selain pertumbuhan, pemicu moulting bisa juga akibat perubahan air. Perubahan air yang mendadak bisa menyebabkan lobster stress. Kondisi ini menjadikan terjadinya perubahan pada struktur daging dan cangkang, yang akhirnya dapat menyebabkan terpisahnya bagian cangkang dengan daging tersebut.

Packing yang aman untuk pengiriman


Mungkin kita semua sudah pernah mengirim Lobster baik benih, konsumsi, maupun indukan. Berbagai modal transportasi juga sudah jajaki. Melalui darat (Bus & Kereta) dan udara. Pengiriman melalui laut memang agak jarang karena waktunya yang lama. Sehingga ditakutkan Lobster tidak dapat bertahan lama.



Packing yang pernah dipakai adalah berupa pengemasan dalam kotak mika maupun kotak styrofoam ukuran kecil yang biasa disebut box nasi kuning. Pegemasan dengan cara begitu memang lebih mahal dan lama, karena harus dimasukan dulu ke
dalam box kecil lalu dimasukan lagi ke box yang besar. Cara lain yang lebih praktis adalah dengan menebar ke dalam box styrofoam langsung dengan beralaskan kain busa yang sudah dilembabkan. Cara ini yang dipakai oleh CheraxPark waktu mengirim ke tujuan.
Cara kemas seperti lebih cepat dan lebih murah karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk box yang harganya bisa mencapai Rp. 300/box.- (termasuk busa, staples dan ongkos).

Maka cara packing kedua ini banyak diguanakan dalam pengiriman lobster untuk berbagai ukuran. Namun setelah melakukan beberapa kali pengiriman, ternyata cara packing tanpa mika ini hanya bisa diterapkan pada angkutan darat, karena petugas dilapangan lebih memperhatikan label-label yang ditempelkan pada box kirimkan tersebut seperti tanda panah atas, tulisan “Jangan dibalik”, maupun “handle with care” dan ditempatkan ditempat teduh.

Dalam beberapa kali pengiriman melalui darat, cara packing tanpa mika tidak mendapat keluhan tentang lobster mati dalam jumlah yang lebih dari 2%. Sedangkan pengiriman melalui udara, kematian bisa lebih dari 10-20% dalam setiap pengiriman.

Cara packing tanpa mika, banyak mendapat keluhan seperti, isi menjadi berantakan. Setelah diteliti lebih jauh, ternyata box itu letakan terbalik pada saat masuk ke perut Pesawat, dan waktu loading-unloading itu box dilempar karena mengejar waktu terbang.
Dengan demikian pengiriman melalui udara sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga box tersebut dbalik bagaimanapun isinya tetap tidak bergerak. Maka packing untuk melalui udara harus mengunakan Mika hingga padat, dalam arti mika-mika tersebut tidak berubah posisi.

Semoga bermanfaat.